SUGENG RAWUH SEDEREK KABEH ...

Kamis, 25 April 2013

Pilkades Tlaga Masih Sepi Pendaftar


 BANYUMAS, suaramerdeka.com - Hari pertama pendaftaran bakal calon kepala desa Jumat (15/3), Desa Tlaga Kecamatan Gumelar masih sepi. Padahal, panitia Pilkades setempat sudah gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Kepala Desa Tlaga, Amin Ismaraton mengatakan, antusiasme masyarakat untuk mengikuti Pilkades memang masih belum terlihat. Namun di Desa Tlaga hingga kini masih terasa 'adem ayem' dan belum kelihatan sosok yang memproklamirkan diri untuk maju.
"Di sini memang ambisi untuk menjadi kades memang cukup kecil. Jika sampai nanti akhir pendaftaran tidak ada yang mendaftar maka ada potensi penundaan waktu," ujar Amin yang juga dulu maju Pilkades berkat dukungan masyarakat.
Amin menyatakan untuk tahun 2013 ini, dirinya memang tidak akan maju kembali dalam Pilkades. Ia ingin kehidupan demokrasi di masyarakat tumbuh. Ia juga ingin bertahap agar mitos genealogis kepala desa mulai terkurangi.
"Semua yang jadi kades, tidak harus ada keturunan kades. Asalkan memenuhi syarat, siapapun bisa maju untuk menjadi kepala desa. Semua berhak untuk mengabdikan diri kepada masyarakat," katanya.
Desa Tlaga akan melaksanakan Pilkades 1 Mei 2013 mendatang. Anggaran untuk Pilkades ini direncanakan sekitar Rp 33 juta. Sumber pendanaan diambilkan dari bantuan dari Pemkab Banyumas, swadaya masyarakat dan sumbangan. Rencananya selain Tlaga, Desa Gumelar Kecamatan Gumelar juga akan menyelenggarakan di hari yang sama.
Sementara itu di sejumlah desa di Kecamatan Ajibarang, geliat Pilkades mulai terasa. Meski belum terbentuk panitia Pilkades, namun sejumlah nama telah memproklamirkan diri dan giat menggalang dukungan. Akibatnya bisa dipastikan sampai dengan hari pelaksanaan Pilkades, biaya politik yang dikeluarkan tiap calon akan membengkak.
"Sekarang saja sudah banyak yang keluar dana. Ada yang membenahi setapak, memberi bantuan untuk ormas, pemuda dan warga. Termasuk pertemuan dengan para pendukung, makanya biaya politiknya cukup besar," ujar Ahmad Dirsan, salah satu anggota BPD Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang.
( Susanto / CN31 / JBSM 
1

Mengunjungi Gumelar


Mengunjungi Gumelar, Desa yang Dibangun dengan Keringat Devisa TKI

Berangkat sebagai Pembantu, Kini Majikan Empat Restoran 
Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri tak selalu identik dengan kisah pilu akibat majikan ringan tangan. Apalagi, seperti kasus Yanti Irianti yang dihukum tembak di Arab Saudi lalu. Seperti yang terjadi di Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, banyak "pahlawan devisa" ini yang justru menjadi pelopor kemajuan daerahnya.


CHUBY TAMANSARI, Banyumas

GUMELAR sebetulnya masih seperti dulu. Kota kecamatan yang terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Purwokerto itu tersembul di antara bukit batu kapur. Jalannya pun berkelok-kelok. Hanya bedanya, jalan menuju ke daerah yang kini banyak warganya menjadi TKI di luar negeri itu semakin mulus.

Jangan juga membayangkan rumah-rumah reyot seperti di pedesaan miskin di Jawa. Sebab, di sepanjang jalan terlihat pemandangan rumah-rumah bagus bergaya modern yang berdiri di sela-sela rerimbunan pepohonan. Yang khas dari Desa Gumelar adalah: sekitar 75 persen penduduknya bekerja di luar negeri sebagai TKI.

Salah seorang keluarga TKI yang sukses di Desa Gumelar adalah Suyatmi. Kemakmuran Suyatmi tecermin dari rumahnya di kawasan Gerumbu Palumbungan Lor yang tertata apik. Begitu masuk halaman rumah di tepi jalan itu, Radar Banyumas (Grup Jawa Pos) disambut deretan bunga anthurium, adenium, dan beberapa jenis kaktus yang berjejer rapi di teras.

Oleh Suyatmi, Radar Banyumas ditemui di satu set sofa empuk di ruang tamunya. Di dinding terlihat foto-foto Kasino (berukuran 10 R), suami yang nampang di tempat tinggalnya di Korea. Di ruang keluarga tertata rapi sebuah TV warna berukuran besar. Dari pintu kamar yang terbuka, terlihat sebuah springbed besar dengan ranjang besi berukir. 

"Tahun ini suami saya sudah lima tahun di Korea," kata Suyatmi memulai cerita tentang sang suami. Oleh bosnya di Korea, Kasino awalnya dikontrak tiga tahun. Namun, karena tenaganya dibutuhkan, waktu kontrak Kasino diperpanjang. "Tapi, yang dua tahun pertama dulu ilegal," kata wanita itu dengan polos.

Dari hasil bekerja lima tahun, pasangan yang belum dikaruniai momongan itu bisa membangun rumah permanen dengan harga lebih dari Rp 200 juta. Wanita berumur 30 tahun itu bahkan berhasil menyisihkan kiriman suami untuk membuat toko yang di depan rumah. "Ini buat sangu kalau nanti suami saya sudah pulang dan tak kembali (ke Korea) lagi," katanya. 

Seperti Kasino, Casini menjadi contoh lain kesuksesan TKI. Ibu dua anak itu tadinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Taiwan. Dari hasil kerja tiga tahun di negara yang dipimpin Chen Sui-bian itu, wanita 35 tahun ini kini mampu menyekolahkan anak pertamanya, Tanti Pratiwi, ke IKIP PGRI Semarang. 

"Saya juga bisa membuat konter HP, buka wartel, dan membeli sawahsenilai Rp 100 juta," ujarnya bangga. Istri Kusman itu tak mengira bakal bisa hidup layak seperti sekarang. "Saya nekat saja waktu itu. Yang penting niatnya baik, untuk keluarga dan anak-anak saya," katanya di rumahnya yang asri.

Parno, salah satu pengerah jasa TKI setempat, mengakui sebagian besar warga Desa Gumelar memang pernah atau sedang menjadi TKI. "Dari sekitar 6.800 penduduk, 75 persen adalah TKI. "Dan, alhamdulillah, hampir semuanya sukses. Ini bisa dilihat dari kondisi rumah dan perekonomian warga," jelasnya.

Berdasar pengamatan Radar Banyumas, rumah-rumah di desa itu bagus-bagus. Beberapa di antaranya bahkan hanya bisa ditemukan di daerah perkotaan. Rumah tingkat dan berarsitektur Spanyol paling banyak dipakai. 

Salah satu rumah yang cukup megah di Gumelar adalah milik Purwani, seorang TKW yang kini bekerja di Malaysia. Meski hampir semua rumah di sekitar tergolong bagus, rumah Purwani terlihat sangat berbeda. Lokasinya yang hanya dua meter dari jalan raya membuat rumah bertingkat dua tersebut tampil menjulang. 

Saat Radar Banyumas masuk ke halaman, lima motor bebek baru milik keluarga Purwani tampak diparkir rapi. "Mari, silakan masuk Mas," kata Mangku Hartanto yang menyambut di pintu rumah yang terbuat dari kayu jati.

Pemuda 23 tahun itu baru sebulan pulang dari Malaysia. Seperti Purwani, ibunya, Mangku membantu mengelola salah satu restoran milik Pipin, sang tante, di negeri jiran.

Memasuki rumah berkeramik cokelat tersebut, Radar Banyumas disambut Kursi-kursi besar nan empuk tertata di ruang tamu. Di dinding, ada beberapa lukisan dan karpet bergambar Kakbah serta Masjidil Haram. Vas keramik berukuran besar juga tertata apik di pojok ruangan dan samping bufet.

Kesuksesan Pipin, menurut Mangku, berawal saat tantenya tersebut diperistri seorang polisi Malaysia bernama Zulkhaerul. "Sebenarnya, Bulik (tante) saya dulu berangkat sebagai pembantu rumah tangga," ungkap Mangku mengawali cerita.

Saat itu, Pipin berangkat pada 1990. Dua tahun bekerja, Pipin bertemu Zulkhaerul, seorang polisi Malaysia. Tampaknya, benih cinta bersemi di antara dua insan berbeda kebangsaan tersebut. Karena itu, akhirnya keduanya sepakat menikah.

"Begitu suami pensiun, Bulik Pipin dan Pak Zulkhaerul membuat kantin kecil di dekat proyek pembangunan. Lama-kelamaan, kantin bertambah besar dan akhirnya membuat restoran masakan Padang," jelasnya.

Tampaknya, racikan tangan warga Palumbungan Lor, Desa Gumelar, itu disukai banyak orang. Hal tersebut dibuktikan oleh pesatnya perkembangan restoran bernama Selera Idaman itu. "Saat ini sudah ada empat cabang di Kuala Lumpur," kata Agung Setyo Kuncoro, sepupu Mangku, yang juga pernah ikut membantu di Malaysia.

Sukses di negeri orang, Pipin tak lantas lupa daratan dan tanah kelahiran. Satu per satu keluarganya dibawa untuk ikut membantu. Di antaranya adalah Purwani, ibu Mangku, yang hingga kini masih di sana. Selain itu, ada keponakan dan saudara sekampung yang ikut dibawa untuk dipekerjakan di sana.

"Meski berstatus keluarga, kami digaji secara profesional," ujar Khotijah, sepupu Mangku lainnya yang ikut menemani. Menurut dia, setiap bulan, karyawan digaji 800 ringgit. 

Berkat kerja kerasnya tersebut, kini Purwani bisa membangun rumah mewah berlantai dua dengan luas lebih dari 500 meter persegi. Bersama anak-anaknya, Purwani juga sudah membangun bengkel sepeda motor di ibu kota kecamatan. 

Ketua Asosiasi Pengusaha Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Banyumas Drs H R. Soenardi mengaku, Gumelar adalah salah satu desa yang sukses membangun dengan dana dari TKI. Dia hanya punya satu nasihat agar para TKI bisa bekerja dengan tenang di luar negeri. "Yang penting berangkat dengan prosedur yang benar dan legal. Insya Allah tidak akan ada masalah di sana," kata mantan wali kota Purwokerto tersebut

Sumber: JawaPos.com

Investigasi: Tambang Emas Ilegal Tumbuh Subur di Gumelar, Banyumas


sumber www.gumelar.com

Penambangan liar emas di sejumlah desa di Kecamatan Gumelar Kabapuaten Banyumas, Jawa Tengah kembali marak ketika harga logam mulia ini naik. Jatuhnya korban jiwa penambang akibat terkubur tanah galian tak membuat para penambang tradisional menyerah.
Lokasi penambangan tepat di perbatasan antara Desa Cihonje dengan Desa Paningkaban,kedua desa tersebut dipisahkan oleh Jalan Raya Ajibarang – Gumelar. Sebelah Timur Jalan Wilayah Desa cihonje dan Sebelah Barat adalah Desa Paningkaban. Kegiatan penambangan kini terus meluas. Meski kegiatan tersebut tidak memiliki ijin alias penambangan liar, namun belm ada upaya penertiban.
Pada lereng bukit setinggi seratus meter ini terdapat 20 lebih lubang galian yang dibuat oleh para penambang. Rata –rata setiap pertambangan tradisonal tersebut menyerap 5- 10 tenaga kerja dan mereka diupah antara Rp.25.000- 50.000/hari. Di tempat ini pula ratusan penambang melakukan kegiatan setiap hari. Mereka tanpa merasa takut meskipun dalam keadaan hujan deras dan bisa mengancam bencana longsor di wilayah tersebut. (Sumber : www.gumelar.com)
sumber www.gumelar.com
sumber www.gumelar.com
Menurut Darkim (51), salah seorang penambang, kegiatan berburu emas itu sudah dilakukan sejak setengah tahun lalu. Lokasi ini menjadi terkenal dengan potensi tambang, setelah tahun 2007 lalu, mahasiswa ITB melakukan penelitian dan menemukan potensi emas yang cukup banyak di bukit desa Paningkaban. Tidak heran jika kini bermunculan para penambang yang tak hanya dari warga setempat tetapi juga warga di luar daerah. (Sumber : www.banyumasnews.com)
Pada awalnya penambangan emas dilakukan oleh orang Tasik Jawa Barat, tanah warga disewakan kepada mereka. Kemudian warga setempat juga turut ikut menambang. Dalam sehari, satu lokasi penambangan bisa mendapatkan lima gram emas murni. Emas ini kemudian dikumulkan dan dijual kepada pengepul dari Tasikmalaya Jawa Barat.
Selain penambang dari warga setempat, di lokasi ini tanah warga telah dibeli oleh pemodal luar daerah seperti Tasikmalaya Jawa Barat, Cilacap dan Tegal. Harga tanah di wilayah tersebut langsung melonjak tinggi, bahkan ada beberapa petak lahan yang sudah ditawar sampai Milyaran Rupiah. Biaya penambangan memang tidak sedikit, pemilik pertambangan harus menyiapkan uang ratusan juta rupiah, biaya tersebut adalal untuk pengalian tanah yang bisa memakan waktu berminggu-minggu dan baku berupa bambu dan kayu untuk penahan tanah galian.
Cukong yang memiliki modal besar ini membangun puluhan tenda untuk lokasi penambangan. Mereka mampu menyediakan peralatan lengkap yang digunakan untuk menggali dan memproses material galian hingga mendapatan butiran emas.
sumber www.gumelar.com
sumber www.gumelar.com
Para penambang mengaku, kegiatan mereka dilakukan secara ilegal. Karena proses perijinan memakan waktu lama dan biaya yang mahal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kepala Dinas ESDM Banyumas Anton Adi Wahyono menyatakan bahwa sebetulnya memang penambangan emas di sejumlah desa di Kec. Gumelar, yakni Gancang, Kedungurang, Paningkaban, dan Cihonje bisa dikatakan liar. “Para penambang belum mengantongi izin. Kita sudah berkali-kali melakukan penertiban dengan cara memperingatkan mereka. Namun, sampai sekarang masih tetap nekat,” katanya. (Sumber : www.tekmira.esdm.go.id)
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) mengalami dilema dalam penertiban penambangan liar emas. ESDM Banyumas akan tetap terus meminta supaya penambang menghentikan aktivitasnya. Pihaknya mau membantu memfasilitasi terhadap para penambang yang akan mengajukan perizinan. “Tentu perizinan akan diberikan jika memenuhi syarat-syarat sesuai dengan ketentuan yang ada,” ujarnya. (Sumber : www.tekmira.esdm.go.id)
Sementara dari sudut pandang ekonomi aktivitas tersebut mampu tenaga kerja dan mengerakan roda perekonomian. Masyarakat terlihat bersemangat, harapan dan mimpi indah menjadi perbincangan setiap saat. Namun di setiap cerita indah selalu terselip cerita sedih. Banyak juga warga yang sudah menggali berpuluh-puluh meter tetapi belum juga mendapatkan butiran emas seperti yang diharapkan. Padahal ratusan juta sudah di keluarkan.

sumber www.gumelar.com
Dari sudut pandang lingkungan aktifitas tambang illegal merusak alam, karena mereka tidak memperhatikan dampak lingkungan akibat perubahan bentang alam dan limbah merkuri pada pengolahan biji emas yang berdampak luar terhadap kesehatan masyarakat. Jika limbah merkuri sudah mencemari mata air maka dalam jangka panjang akan muncul banyak penyakit dan penurunan kualitas genetis yang sifatnya permanen. Semoga Pemda Banyumas segera melakukan langkah preventif untuk melakukan penertiban tambang tersebut agar penambangan berlangsung sesuai dengan konsep green mining.

Potensi Kesenian & Budaya Kecamatan Gumelar


Potensi Kesenian & Budaya Kecamatan Gumelar

No
Bidang
Kontak Person
Keterangan
1
 Sanggar Bhakti Laras
Kegiatan : Tari, Karawitan, Calung dan Macapat
Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
 Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 2
Kesenian Lengger Desa Tlaga – Gumelar
Pimpinan : Kismaredja
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 3
Kesenian Calung Banyumasan Desa Samudra Kulon
Pimpinan : Wasid
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 4
Seni Karawitan Desa Samudra Kulon
Pimpinan : Sutaryo
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 5
Seni Kenthongan Desa Tlaga – Gumelar
Pimpinan : Salam
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan