MUSRENBANG
KECAMATAN INTEGRASI *
Melongok
Jendela Partisipasi Pembangunan
Otonomi terus berlari
menggelinding, mulai dari daerah ke desa. Itulah kata yang paling tepat
merangkum perjalanan masa depan desa.
Hal itu ini salah satunya terekam dari
pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Integrasi
Kecamatan Gumelar Kamis, 16 Februari 2012 kemarin.
Seperti
dinyatakan oleh Camat Gumelar Drs. Purjito ketika membuka acara musrenbang
Kecamatan bahwa pembangunan seyogyanya harus dibahas dengan matang di tahap
perencanaan agar hasilnya optimal. Salah satunya yaitu bagaimana
menentukan prioritas usulan skala
kabupaten yang akan membawa dampak ekonomi secara luas. “Gumelar memiliki
potensi yang cukup menarik, mulai dari peternakan kambing PE, wisata dan merambah ke wilayah industry rumahan
seperti pembuatan tepung tapioka yang
konon merupakan salah satu kantong terbesar di Jawa Tengah”.
Beberapa
kalangan menilai bahwa perhatian,
konsentrasi dan dukungan Pemerintah cukup terbatas. “ misalnya saja
aspek produksi dan pemasaran masih berjalan sendiri- sendiri, belum ada
sentuhan yang lebih menjanjikan misalnya pengembangan ke hasil olahan lain
seperti tepung mokaf ” tambahnya.
Disisi lain
berdasarkan pengamatan pribadi, masyarakat sekitar menilai belum ada penanganan
yang serius mengenai pengolahan limbah buangan tapioka, sehingga belum di
organisir dengan mengedapankan pola yang ramah lingkungan yang menerapkan study
kelayakan AMDAL.
Sebagai
Kecamatan pegunungan yang cukup jauh dari kota, ada beberapa tantangan untuk
mengejar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Dari diskusi
pleno menyatakan hambatan infrastruktur menjadi kendala yang besar. “ bagaimana mau maju jika akses antar wilayah
belum terbuka lebar” kata Budiono, S.Pd selaku Ketua BKAD.
Keberpihakan
Hak Dasar MDGs
Dari Tim
Pemantau Musrenbang Kabupaten menyatakan bahwa kedepan keberpihakan pemenuhan hak dasar MDGs menjadi item yang harusnya dituangkan dalam
usulan pembangunan. “Yang paling urgen tentu
membrantas kemiskinan dan kelaparan” lanjutnya.
Hal ini
menjadi dasar bahwa sebenarnya desa dipolakan sebagai salah satu institusi yang
secara programik menjadi leading sector
dari program millennium.
Di forum diskusi
untuk menentukan prioritas kecamatan
muncul perdebatan yang cukup alot untuk menentukan indicator usulan mana
yang akan sangat prioritas, hal ini terjadi karena sebagian besar desa memiliki
usulan fisik infrastruktur lebih dari satu. Hanya saja dengan kedewasaan
delegasi desa ini kemudian disepakati agar jika bisa desa memprioritaskan
usulan antar wilayah, baru kemudian disusul dengan usulan yang sifatnya
internal desa atau lingkungan.
(dimuat di Harian Suara Merdeka Jawa Tengah red.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar