SUGENG RAWUH SEDEREK KABEH ...

Kamis, 25 April 2013

Pilkades Tlaga Masih Sepi Pendaftar


 BANYUMAS, suaramerdeka.com - Hari pertama pendaftaran bakal calon kepala desa Jumat (15/3), Desa Tlaga Kecamatan Gumelar masih sepi. Padahal, panitia Pilkades setempat sudah gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat.
Kepala Desa Tlaga, Amin Ismaraton mengatakan, antusiasme masyarakat untuk mengikuti Pilkades memang masih belum terlihat. Namun di Desa Tlaga hingga kini masih terasa 'adem ayem' dan belum kelihatan sosok yang memproklamirkan diri untuk maju.
"Di sini memang ambisi untuk menjadi kades memang cukup kecil. Jika sampai nanti akhir pendaftaran tidak ada yang mendaftar maka ada potensi penundaan waktu," ujar Amin yang juga dulu maju Pilkades berkat dukungan masyarakat.
Amin menyatakan untuk tahun 2013 ini, dirinya memang tidak akan maju kembali dalam Pilkades. Ia ingin kehidupan demokrasi di masyarakat tumbuh. Ia juga ingin bertahap agar mitos genealogis kepala desa mulai terkurangi.
"Semua yang jadi kades, tidak harus ada keturunan kades. Asalkan memenuhi syarat, siapapun bisa maju untuk menjadi kepala desa. Semua berhak untuk mengabdikan diri kepada masyarakat," katanya.
Desa Tlaga akan melaksanakan Pilkades 1 Mei 2013 mendatang. Anggaran untuk Pilkades ini direncanakan sekitar Rp 33 juta. Sumber pendanaan diambilkan dari bantuan dari Pemkab Banyumas, swadaya masyarakat dan sumbangan. Rencananya selain Tlaga, Desa Gumelar Kecamatan Gumelar juga akan menyelenggarakan di hari yang sama.
Sementara itu di sejumlah desa di Kecamatan Ajibarang, geliat Pilkades mulai terasa. Meski belum terbentuk panitia Pilkades, namun sejumlah nama telah memproklamirkan diri dan giat menggalang dukungan. Akibatnya bisa dipastikan sampai dengan hari pelaksanaan Pilkades, biaya politik yang dikeluarkan tiap calon akan membengkak.
"Sekarang saja sudah banyak yang keluar dana. Ada yang membenahi setapak, memberi bantuan untuk ormas, pemuda dan warga. Termasuk pertemuan dengan para pendukung, makanya biaya politiknya cukup besar," ujar Ahmad Dirsan, salah satu anggota BPD Desa Pandansari Kecamatan Ajibarang.
( Susanto / CN31 / JBSM 
1

Mengunjungi Gumelar


Mengunjungi Gumelar, Desa yang Dibangun dengan Keringat Devisa TKI

Berangkat sebagai Pembantu, Kini Majikan Empat Restoran 
Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri tak selalu identik dengan kisah pilu akibat majikan ringan tangan. Apalagi, seperti kasus Yanti Irianti yang dihukum tembak di Arab Saudi lalu. Seperti yang terjadi di Gumelar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, banyak "pahlawan devisa" ini yang justru menjadi pelopor kemajuan daerahnya.


CHUBY TAMANSARI, Banyumas

GUMELAR sebetulnya masih seperti dulu. Kota kecamatan yang terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Purwokerto itu tersembul di antara bukit batu kapur. Jalannya pun berkelok-kelok. Hanya bedanya, jalan menuju ke daerah yang kini banyak warganya menjadi TKI di luar negeri itu semakin mulus.

Jangan juga membayangkan rumah-rumah reyot seperti di pedesaan miskin di Jawa. Sebab, di sepanjang jalan terlihat pemandangan rumah-rumah bagus bergaya modern yang berdiri di sela-sela rerimbunan pepohonan. Yang khas dari Desa Gumelar adalah: sekitar 75 persen penduduknya bekerja di luar negeri sebagai TKI.

Salah seorang keluarga TKI yang sukses di Desa Gumelar adalah Suyatmi. Kemakmuran Suyatmi tecermin dari rumahnya di kawasan Gerumbu Palumbungan Lor yang tertata apik. Begitu masuk halaman rumah di tepi jalan itu, Radar Banyumas (Grup Jawa Pos) disambut deretan bunga anthurium, adenium, dan beberapa jenis kaktus yang berjejer rapi di teras.

Oleh Suyatmi, Radar Banyumas ditemui di satu set sofa empuk di ruang tamunya. Di dinding terlihat foto-foto Kasino (berukuran 10 R), suami yang nampang di tempat tinggalnya di Korea. Di ruang keluarga tertata rapi sebuah TV warna berukuran besar. Dari pintu kamar yang terbuka, terlihat sebuah springbed besar dengan ranjang besi berukir. 

"Tahun ini suami saya sudah lima tahun di Korea," kata Suyatmi memulai cerita tentang sang suami. Oleh bosnya di Korea, Kasino awalnya dikontrak tiga tahun. Namun, karena tenaganya dibutuhkan, waktu kontrak Kasino diperpanjang. "Tapi, yang dua tahun pertama dulu ilegal," kata wanita itu dengan polos.

Dari hasil bekerja lima tahun, pasangan yang belum dikaruniai momongan itu bisa membangun rumah permanen dengan harga lebih dari Rp 200 juta. Wanita berumur 30 tahun itu bahkan berhasil menyisihkan kiriman suami untuk membuat toko yang di depan rumah. "Ini buat sangu kalau nanti suami saya sudah pulang dan tak kembali (ke Korea) lagi," katanya. 

Seperti Kasino, Casini menjadi contoh lain kesuksesan TKI. Ibu dua anak itu tadinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Taiwan. Dari hasil kerja tiga tahun di negara yang dipimpin Chen Sui-bian itu, wanita 35 tahun ini kini mampu menyekolahkan anak pertamanya, Tanti Pratiwi, ke IKIP PGRI Semarang. 

"Saya juga bisa membuat konter HP, buka wartel, dan membeli sawahsenilai Rp 100 juta," ujarnya bangga. Istri Kusman itu tak mengira bakal bisa hidup layak seperti sekarang. "Saya nekat saja waktu itu. Yang penting niatnya baik, untuk keluarga dan anak-anak saya," katanya di rumahnya yang asri.

Parno, salah satu pengerah jasa TKI setempat, mengakui sebagian besar warga Desa Gumelar memang pernah atau sedang menjadi TKI. "Dari sekitar 6.800 penduduk, 75 persen adalah TKI. "Dan, alhamdulillah, hampir semuanya sukses. Ini bisa dilihat dari kondisi rumah dan perekonomian warga," jelasnya.

Berdasar pengamatan Radar Banyumas, rumah-rumah di desa itu bagus-bagus. Beberapa di antaranya bahkan hanya bisa ditemukan di daerah perkotaan. Rumah tingkat dan berarsitektur Spanyol paling banyak dipakai. 

Salah satu rumah yang cukup megah di Gumelar adalah milik Purwani, seorang TKW yang kini bekerja di Malaysia. Meski hampir semua rumah di sekitar tergolong bagus, rumah Purwani terlihat sangat berbeda. Lokasinya yang hanya dua meter dari jalan raya membuat rumah bertingkat dua tersebut tampil menjulang. 

Saat Radar Banyumas masuk ke halaman, lima motor bebek baru milik keluarga Purwani tampak diparkir rapi. "Mari, silakan masuk Mas," kata Mangku Hartanto yang menyambut di pintu rumah yang terbuat dari kayu jati.

Pemuda 23 tahun itu baru sebulan pulang dari Malaysia. Seperti Purwani, ibunya, Mangku membantu mengelola salah satu restoran milik Pipin, sang tante, di negeri jiran.

Memasuki rumah berkeramik cokelat tersebut, Radar Banyumas disambut Kursi-kursi besar nan empuk tertata di ruang tamu. Di dinding, ada beberapa lukisan dan karpet bergambar Kakbah serta Masjidil Haram. Vas keramik berukuran besar juga tertata apik di pojok ruangan dan samping bufet.

Kesuksesan Pipin, menurut Mangku, berawal saat tantenya tersebut diperistri seorang polisi Malaysia bernama Zulkhaerul. "Sebenarnya, Bulik (tante) saya dulu berangkat sebagai pembantu rumah tangga," ungkap Mangku mengawali cerita.

Saat itu, Pipin berangkat pada 1990. Dua tahun bekerja, Pipin bertemu Zulkhaerul, seorang polisi Malaysia. Tampaknya, benih cinta bersemi di antara dua insan berbeda kebangsaan tersebut. Karena itu, akhirnya keduanya sepakat menikah.

"Begitu suami pensiun, Bulik Pipin dan Pak Zulkhaerul membuat kantin kecil di dekat proyek pembangunan. Lama-kelamaan, kantin bertambah besar dan akhirnya membuat restoran masakan Padang," jelasnya.

Tampaknya, racikan tangan warga Palumbungan Lor, Desa Gumelar, itu disukai banyak orang. Hal tersebut dibuktikan oleh pesatnya perkembangan restoran bernama Selera Idaman itu. "Saat ini sudah ada empat cabang di Kuala Lumpur," kata Agung Setyo Kuncoro, sepupu Mangku, yang juga pernah ikut membantu di Malaysia.

Sukses di negeri orang, Pipin tak lantas lupa daratan dan tanah kelahiran. Satu per satu keluarganya dibawa untuk ikut membantu. Di antaranya adalah Purwani, ibu Mangku, yang hingga kini masih di sana. Selain itu, ada keponakan dan saudara sekampung yang ikut dibawa untuk dipekerjakan di sana.

"Meski berstatus keluarga, kami digaji secara profesional," ujar Khotijah, sepupu Mangku lainnya yang ikut menemani. Menurut dia, setiap bulan, karyawan digaji 800 ringgit. 

Berkat kerja kerasnya tersebut, kini Purwani bisa membangun rumah mewah berlantai dua dengan luas lebih dari 500 meter persegi. Bersama anak-anaknya, Purwani juga sudah membangun bengkel sepeda motor di ibu kota kecamatan. 

Ketua Asosiasi Pengusaha Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Banyumas Drs H R. Soenardi mengaku, Gumelar adalah salah satu desa yang sukses membangun dengan dana dari TKI. Dia hanya punya satu nasihat agar para TKI bisa bekerja dengan tenang di luar negeri. "Yang penting berangkat dengan prosedur yang benar dan legal. Insya Allah tidak akan ada masalah di sana," kata mantan wali kota Purwokerto tersebut

Sumber: JawaPos.com

Investigasi: Tambang Emas Ilegal Tumbuh Subur di Gumelar, Banyumas


sumber www.gumelar.com

Penambangan liar emas di sejumlah desa di Kecamatan Gumelar Kabapuaten Banyumas, Jawa Tengah kembali marak ketika harga logam mulia ini naik. Jatuhnya korban jiwa penambang akibat terkubur tanah galian tak membuat para penambang tradisional menyerah.
Lokasi penambangan tepat di perbatasan antara Desa Cihonje dengan Desa Paningkaban,kedua desa tersebut dipisahkan oleh Jalan Raya Ajibarang – Gumelar. Sebelah Timur Jalan Wilayah Desa cihonje dan Sebelah Barat adalah Desa Paningkaban. Kegiatan penambangan kini terus meluas. Meski kegiatan tersebut tidak memiliki ijin alias penambangan liar, namun belm ada upaya penertiban.
Pada lereng bukit setinggi seratus meter ini terdapat 20 lebih lubang galian yang dibuat oleh para penambang. Rata –rata setiap pertambangan tradisonal tersebut menyerap 5- 10 tenaga kerja dan mereka diupah antara Rp.25.000- 50.000/hari. Di tempat ini pula ratusan penambang melakukan kegiatan setiap hari. Mereka tanpa merasa takut meskipun dalam keadaan hujan deras dan bisa mengancam bencana longsor di wilayah tersebut. (Sumber : www.gumelar.com)
sumber www.gumelar.com
sumber www.gumelar.com
Menurut Darkim (51), salah seorang penambang, kegiatan berburu emas itu sudah dilakukan sejak setengah tahun lalu. Lokasi ini menjadi terkenal dengan potensi tambang, setelah tahun 2007 lalu, mahasiswa ITB melakukan penelitian dan menemukan potensi emas yang cukup banyak di bukit desa Paningkaban. Tidak heran jika kini bermunculan para penambang yang tak hanya dari warga setempat tetapi juga warga di luar daerah. (Sumber : www.banyumasnews.com)
Pada awalnya penambangan emas dilakukan oleh orang Tasik Jawa Barat, tanah warga disewakan kepada mereka. Kemudian warga setempat juga turut ikut menambang. Dalam sehari, satu lokasi penambangan bisa mendapatkan lima gram emas murni. Emas ini kemudian dikumulkan dan dijual kepada pengepul dari Tasikmalaya Jawa Barat.
Selain penambang dari warga setempat, di lokasi ini tanah warga telah dibeli oleh pemodal luar daerah seperti Tasikmalaya Jawa Barat, Cilacap dan Tegal. Harga tanah di wilayah tersebut langsung melonjak tinggi, bahkan ada beberapa petak lahan yang sudah ditawar sampai Milyaran Rupiah. Biaya penambangan memang tidak sedikit, pemilik pertambangan harus menyiapkan uang ratusan juta rupiah, biaya tersebut adalal untuk pengalian tanah yang bisa memakan waktu berminggu-minggu dan baku berupa bambu dan kayu untuk penahan tanah galian.
Cukong yang memiliki modal besar ini membangun puluhan tenda untuk lokasi penambangan. Mereka mampu menyediakan peralatan lengkap yang digunakan untuk menggali dan memproses material galian hingga mendapatan butiran emas.
sumber www.gumelar.com
sumber www.gumelar.com
Para penambang mengaku, kegiatan mereka dilakukan secara ilegal. Karena proses perijinan memakan waktu lama dan biaya yang mahal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kepala Dinas ESDM Banyumas Anton Adi Wahyono menyatakan bahwa sebetulnya memang penambangan emas di sejumlah desa di Kec. Gumelar, yakni Gancang, Kedungurang, Paningkaban, dan Cihonje bisa dikatakan liar. “Para penambang belum mengantongi izin. Kita sudah berkali-kali melakukan penertiban dengan cara memperingatkan mereka. Namun, sampai sekarang masih tetap nekat,” katanya. (Sumber : www.tekmira.esdm.go.id)
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Banyumas, Jawa Tengah (Jateng) mengalami dilema dalam penertiban penambangan liar emas. ESDM Banyumas akan tetap terus meminta supaya penambang menghentikan aktivitasnya. Pihaknya mau membantu memfasilitasi terhadap para penambang yang akan mengajukan perizinan. “Tentu perizinan akan diberikan jika memenuhi syarat-syarat sesuai dengan ketentuan yang ada,” ujarnya. (Sumber : www.tekmira.esdm.go.id)
Sementara dari sudut pandang ekonomi aktivitas tersebut mampu tenaga kerja dan mengerakan roda perekonomian. Masyarakat terlihat bersemangat, harapan dan mimpi indah menjadi perbincangan setiap saat. Namun di setiap cerita indah selalu terselip cerita sedih. Banyak juga warga yang sudah menggali berpuluh-puluh meter tetapi belum juga mendapatkan butiran emas seperti yang diharapkan. Padahal ratusan juta sudah di keluarkan.

sumber www.gumelar.com
Dari sudut pandang lingkungan aktifitas tambang illegal merusak alam, karena mereka tidak memperhatikan dampak lingkungan akibat perubahan bentang alam dan limbah merkuri pada pengolahan biji emas yang berdampak luar terhadap kesehatan masyarakat. Jika limbah merkuri sudah mencemari mata air maka dalam jangka panjang akan muncul banyak penyakit dan penurunan kualitas genetis yang sifatnya permanen. Semoga Pemda Banyumas segera melakukan langkah preventif untuk melakukan penertiban tambang tersebut agar penambangan berlangsung sesuai dengan konsep green mining.

Potensi Kesenian & Budaya Kecamatan Gumelar


Potensi Kesenian & Budaya Kecamatan Gumelar

No
Bidang
Kontak Person
Keterangan
1
 Sanggar Bhakti Laras
Kegiatan : Tari, Karawitan, Calung dan Macapat
Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
 Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 2
Kesenian Lengger Desa Tlaga – Gumelar
Pimpinan : Kismaredja
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 3
Kesenian Calung Banyumasan Desa Samudra Kulon
Pimpinan : Wasid
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 4
Seni Karawitan Desa Samudra Kulon
Pimpinan : Sutaryo
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan
 5
Seni Kenthongan Desa Tlaga – Gumelar
Pimpinan : Salam
 Bpk Edyarto
Desa Gumelar
HP.081328707386
Kegiatan sewaktu-waktu dapat ditampilkan
Melayani panggilan pementasan

Senin, 17 September 2012


Cakrawala : M. Yunus, Pendekar Mikro Kredit
PENDEKAR MIKRO KREDIT
Muhammad Yunus
Setidaknya ada beberapa alasan kenapa tema ini diangkat, yaitu; Pertama ; kesamaan dalam bidang garapan (mikro kredit) yang tidak hanya berorientasi kepada “uang” semata, tetapi diharapkan dengan adanya mikro kredit tersebut dapat meningkatkan, memberdayakan potensi/kapasitas kaum papa. Kedua; Kesamaan nama dengan salah satu pelaku program kita (Alm) Mantan Ketua UPK Kapetakan, semoga dengan tulisan ini dapat mengenang dan mendoakan kembali atas jasa dan kebaikan almarhum. Muhammad Yunus lahir tahun 1940, adalah seorang bankir dari Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum. Yunus mengimplementasikan gagasan ini dengan mendirikan Grameen Bank. 

Yunus lahir di Chittagong, dan belajar di Chittagong Collegiate School dan Chittagong College. Kemudian ia melanjutkan ke jenjang Ph.D. di bidang ekonomi di Universitas Vanderbilt pada tahun 1969. Selesai kuliah, ia bekerja di Universitas Chittagong sebagai dosen di bidang ekonomi. Saat Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada tahun 1974, Yunus terjun langsung memerangi kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Ia yakin bahwa pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidup.
 
Pada tahun 1976, Yunus mendirikan Grameen Bank yang memberi pinjaman pada kaum miskin di Bangladesh. Hinggal saat ini, Grameen Bank telah menyalurkan pinjaman lebih dari 3 miliar dolar ke sekitar 2,4 juta peminjam. Untuk menjamin pembayaran utang, Grameen Bank menggunakan sistem "kelompok solidaritas" atau mungkin dengan bahasa lain “tanggung renteng”, Kelompok-kelompok ini mengajukan permohonan pinjaman bersama-sama, dan setiap anggotanya berfungsi sebagai penjamin anggota lainnya, sehingga mereka dapat berkembang bersama-sama.
Keberhasilan model Grameen ini telah menginspirasikan model serupa dikembangkan di dunia berkembang lainnya, dan bahkan termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat.
Melalui gagasan ini, Yunus memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XII 2001. Ia juga terpilih sebagai penerima Penghargaan Perdamaian Nobel (bersama dengan Grameen Bank) pada tahun 2006.

AKAR KEMISKINAN (ROOT OF POVERTY)
Menurut Yunus kemiskinan menjadi ancaman paling berbahaya bagi manusia, apakah karena memang manusianya? Atau karena memang beginilah kehidupan?
Ternyata bukan karena factor manusia dan kehidupan, semua manusia berupaya bahkan punya potensi untuk maju dan kaya hanya saja system dimana manusia itu berada tidak menjadikan potensi untuk sukses itu tidak maksimal. Karena system yang baku (conventional) selama ini tidak berpihak kepada kaum lema, semakin memiskinkan yang miskin, atau si miskin menjadi “objek” untuk memperkaya si kaya.
Bertolak dari system conventional itulah kemudian Yunus mendirikan Garmeen Bank. System itu tidak saja menguatkan kaum miskin secara ekonomi, lebih dari itu menghidupkan kembali potensi mereka untuk “berdaya” ditengah-tengah masyarakat.
Menurut Yunus setidaknya ada dua poin penting untuk menanggulangi kemiskinan secara efektif:
1. Menumbuhkan percaya diri (self confidence) masyarakat miskin dan hal ini tidak akan terjadi pada sistem kapitalis yang cenderung menjadikan si miskin sebagai “objek”. Yunus dengan Garmeen Bank-nya menjadikan anggotanya bagian atau memiliki kepemilikan dari sistem atau menjadikan anggotanya sebagai “subjek” sehingga tumbuh kepercayaan diri untuk bangkit dari kondisi yang ada.
2. Mengubah sistem, Yunus menganggap sistem keuangan kini (kapitalis) tidak mendukung kebangkitan kaum miskin, malah mendukung terjadinya monopoli sehingga yang terjadi adalah si kaya makin kaya dan sebaliknya.
Yunus berependapat bahwa sistem kapitalis bukan sebuah sistem untuk menyelematkan manusia dari ancaman kemiskinan. Lebih dari 94 % kekayaan dunia saat ini dinikmati oleh sekitar 40 % penduduk dunia, sementara 60 % lainya hanya membagi-bagi 6 % kekayaan dunia, sekitar ½ atau lebih penduduk dunia hidup di bawah $2 sehari dan lebih dari 1 Milyar manusia hidup di bawah $1 perhari.

Lalu sistem bagaimanakah yang ditawarkan Yunus melalui (GB) Garmeen Bank-nya ? setidaknya ada empat hal kunci sukses Garmeen Bank :
1. Jika bank konvensional meminjamkan uang kepada mereka yang mempunyai jaminan, GB justru memberikan pinjaman kepada mereka yang tidak punya apa-apa. Disinilah perubahan sistem yang ditawarkan Yunus sangat kontras dengan sistem konvensional. Mereka tidak punya apa-apa bukan berarti tidak mampu, hanya perlu motivasi dan sentuhan untuk menumbuhkan kepercayaan diri.
2. Jika bank konvensional membangun relasi dengan pelangganya dengan jaminan pengacara, GB membangun relasi dengan pelangganya dengan kepercayaan (trust), ia menjelaskan bahwa sebenarnya “legal fees” bisa ditiadakan.
3. Jika bank konvensional meminjamkan uang kepada mereka yang punya kapasitas berdagang, GB justru memberikan pinjaman kepada mereka yang mengatakan “saya takut untuk meminjam karena tidak tahu bagaimana memutar keuangan” . Disini GB membangun kepercayaan anggotanya bahwa mereka punya kapasitas cuma perlu stimulus untuk tampil 
4. Jika bank konvensional beroperasi sebagai “money machine”, GB menambahkan dengan “social system”. Artinya GB juga melirik aspek-aspek hubungan kemanusiaan, dan kemudian GB mengembangkan apa yang disebut dengan “social business” / perusahaan sosial
Lalu bagaimanakah dengan program pemberdayaan kita ??? .
Demikian, Waalahul muwafiq ila aqwamitthariq, Wasalam
Oleh: Ahmad Khotib, FK Kecamatan Greged cirebon

Rabu, 12 September 2012

PERESMIAN PASAR DESA GUMELAR


PERESMIAN PASAR DESA GUMELAR

Wong ndesa aja ngasi ilang latare, Pasar ilang kumandange



Peresmian Pasar Desa Gumelar dilakukan pada hari Rabu kemarin 12 September 2012 bertempat di Pasar Pahing. Acara serah terima hasil kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan berupa pasar desa tersebut dihadiri  oleh camat, pelaku PNPM, puluhan pedagang dan elemen masyarakat Desa Gumelar. 

Suwanto, Sekretaris Desa Gumelar mewakili Kepala Desa  menyatakan bahwa  pasar desa harusnya  menjadi sumbu ekonomi perdesaan, hal ini ditandai dengan perputaran  uang dan barang cepat dan besar. “bayangkan jika remiten para TKI yang jumlahnya konon mencapai milyaran ini diputar, di investasikan  dan dibelikan barang di wilayah  gumelar tentu yang menikmati adalah masyarakat sekitar. Tapi sayangnya hasil remiten seringkali dibelanjakan di luar gumelar”.

Senada dengan itu dinyatakan oleh Camat Gumelar, Srie Yono, SH, M.Si  bahwa  pada kenyataannya pasar desa selama ini kurang begitu  grengseng  karena kurangnya management. Adapun masalah umum yang terjadi adalah kurangnya kebersihan dan kenyamanan.

 Ada beberapa hal yang menurutnya menjadi penting untuk dikaji. “Yang pertama Keberlanjutan pasar  harus mulai di upayakan, misalnya dari siklus pasaran pahingan menjadi pasar harian. “ tandasnya. Walaupun pada kenyataannya memang membutuhkan perjuangan dan ketelatenan tersendiri.

 Tapi jika berhasil tentu menjadikan nilai tambah bagi pedagang dan masyarakat. Yang kedua adalah kelestarian. Setelah pasar ini dibangun menjadi tantangan tersendiri karena banyak dari hasil pembangunan rata – rata mengambang di pemeliharaan. Tapi untuk pasar gumelar akan lebih terpelihara karena  sudah dikerjakan oleh masyarakat dan diserahkan sebagai asset desa. Karena menjadi asset desa tentunya  pihak pemerintah desa punya kewajiban pasca serah terima.

Peresmian secara simbolis dilakukan oleh Camat dengan pemecahan kendi yang berisi air dan kembang. Dalam kesempatan ini diharapkan  rejeki pedagang pasar  tambah banyak, suasana rukun antar pedagang dan management yang baik. Jangan sampai pasar desa menjadi tidak menarik
“Jangan sampai wong ndesa ilang latare dan pasar ilang kumandange “ selorohnya.

Dartono, S.Sos selaku ketua TPK PNPM MP menambahkan bahwa PNPM Mandiri Perdesaan selaku program pemberdayaan  hanya memberikan stimulant kegiatan, adapun kekurangan dan pengembangan dilakukan dari tambahan swadaya masyarakat dan pedagang.

Pasar Desa ini menghabiskan Dana Rp.123.583.100 yang ditopang oleh dana PNPM Mandiri Perdesaan, swadaya desa dan iuran pedagang pasar. Dari taget awal 20 los menjadi 24 los.

Dalam acara tersebut, selaku ketua TPK menyerahkan kegiatan pada pemerintah Desa sedangkan dari pemerintah desa diserahkan pada pengelola pasar.
Kedepan diharapkan pengelolaan pasar desa tradisional bisa bercita rasa modern dengan penataan tata ruang yang utuh dan menarik banyak konsumen.

Selain itu juga perluasan fungsi pasar desa dari hanya memasarkan hasil produksi perdesaan dan menyediakan kebutuhan pokok masyarakat perdesaan merambah upaya bagaimana  meningkatkan pendapatan Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa serta  memberikan perlindungan dan upaya meningkatkan kepastian perekonomian masyarakat perdesaan

Semoga kedepan model pembangunan yang digagas oleh program pemberdayaan menjadi good practice ketika kegiatan diusulkan, direncanakan dan dikerjakan oleh masyarakat maka timbal baliknya adalah masyarakat memiliki rasa handarbeni asset pembangunan.

Sabit Banani, SH
Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan
Kecamatan Gumelar